Kekalahan Indonesia saat melawan Bahrain kemarin memang sangat mengecewakan, Timnas di"HAJAR" 0-2 oleh Bahrain. Kekalahan semalam memaksan saya "Angkat Senjata" (Menulis Blog) tentang kondisi sepak bola yang memprihatinkan ini, setelah nonton bareng pertandingan kemaren malam bersama beberapa kawan kos, saya jadi teringat diskusi ringan bersama kawan-kawan di Surabaya. Saat itu ditengah-tengah "Demam" REVOLUSI PSSI, yaitu gerakan yang bertujuan meng"KUDETA" Nurdin Halid dan Kroninya dari "Tahta" PSSI. Bermodal diskusi tersebut dan beberapa sumber yang kompeten, akhirnya saya memutuskan untuk "Angkat Senjata" (Menulis Blog) dengan tujuan memberikan sedikit "Sinar" bagi rakyat agar tak lagi terjebak dalam "Kubangan KOTOR" sepak bola Indonesia.
Ingin Kenal PSSI ? Berikut Info Lengkap Tentang PSSI :
WWW.PSSI-FOOTBALL.COM
A. Membokar "BOROK" Yang Disimpan Rapat !! .
Dalam diskusi bersama kelompok suporter Pasoepati di Solo, 12 Juni 2012, Rochy Putiray yang menjadi salah satu pembicara bercerita tentang pengalamannya selama membela timnas Indonesia, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan indikasi suap dan pengaturan skor di timnas.
Menurut Rochy Putiray pengaturan skor tak hanya terjadi di kompetisi, tapi juga sudah sampai ke level timnas. Modus operandi pengaturan skor tak lain dan tak bukan hanya untuk kepentingan judi di level elite.
PSSI Harimau vs Garuda, Piala Kemerdekaan
Saat Rochy membela timnas harimau di Piala Kemerdekaan di Surabaya sinyal pengaturan skor begitu kuat terasa. Ketika itu PSSI Harimau sukses mengalahkan timnas Garuda di semifinal. Timnas Harimau dimanajeri H. Santo. PSSI Garuda yang disiapkan tampil di SEA Games pun batal berangkat karena kalah. Posisinya digantikan PSSI Harimau.
SEA Games 1997 di Jakarta
Indikasi judi dan pengaturan skor juga terjadi di SEA Games 1997 di Jakarta. Ketika itu timnas yg sudah lolos ke semifinal melakoni laga terakhir grup melawan Filipina dan memainkan pemain lapis kedua. Jadi walaupun pada pertandingan terakhir itu timnas Indonesia kalah, tetap akan maju ke semifinal. Hasil pertandingan ini, timnas Indonesia pun tetap menang 3-0. Tapi meski pemain lapis kedua ini menang, para pemain timnas dimaki-maki pengurus di ruang ganti, dan disalahkan dengan alasan karena tidak bisa menang 5-0.
Piala Tiger 1998
Pada pertandingan terakhir babak penyisihan Tiger Cup (sekarang namanya udah jadi AFF Cup) group A tahun 1998. Waktu itu Indonesia bertemu Thailand pada pertandingan terakhir grup, dengan kondisi Indonesia memuncaki group dan Thailand berada di peringkat dua grup. Kedua tim sudah pasti lolos ke babak semifinal.
Kondisi saat itu adalah kedua tim sama-sama tidak ingin bertemu Vietnam yang pada waktu itu menjadi tuan rumah. Vietnam sendiri pada waktu itu menempati posisi kedua group B, sehingga antara Indonesia dan Thailang, yang memenangi pertandingan ini akan bertemu Vietnam di semifinal. Sedangkan yang kalah akan menjadi runner up, dan akan bertemu Singapura. Demi menghindari Vietnam di semifinal, tapi pada akhirnya Mursyid Effendi dengan sengaja mencetak gol bunuh diri, dan Indonesia kalah 3-2.
Gol bunuh diri Mursyid Effendi juga atas perintah manajemen timnas. Karena kasus gol bunuh diri dengan sengaja ini akhirnya mencoreng nama timnas Indonesia, akhirnya pihak PSSI memberi hukuman kepada Mursyid Effendi, yaitu larangan seumur hidup tidak boleh berkiprah di sepakbola. Sampai saat ini pihak yang memberi instruksi untuk gol bunuh diri tersebut tetap tidak dikenai sanksi.
Piala Asia 2000
Di Piala Asia 2000 indikasi pengaturan skor jg terasa! Para pemain diminta tampil fight dan kalaupun kalah minimal 0-3 vs Korsel. Menurut Rochy Putirai, sayangnya indikasi pengaturan skor sulit diinvestigasi lantaran sulitnya mengumpulkan bukti-bukti. Pengaturan skor, suap, judi, dan bermain dgn wasit jd salah satu penyebab keringnya prestasi timnas. Kalau sepakbola masih dikelola seperti saat ini amat sulit untuk bisa berprestasi 10-15 tahun kedepan.
( Sumber : Pengakuan Rochy Putiray (Mantan Pemain TIMNAS) @ "Revolusi PSSI.com" )
"BOROK" ini adalah sedikit dari sekian banyak hal yang berhasil diungkap, sebagai salah satu upaya untuk menyingkap "TABIR HITAM" yang ada di dunia per-sepak bola-an yang ada di tanah air . "BOROK" yang disimpan oleh pengurus PSSI selama ini, meski "BOROK" ini diungkap dalam upaya "Gerakan KUDETA untuk Nurdin Halid dan Kroni-Kroninya" tapi kali ini saya BONGKAR sebagai upaya memberi sedikit "Sinar" bagi mereka yang sedang rindu kejayaan " Sang Garuda" .
B. Tentang "REVOLUSI PSSI" itu "KOSONG" .
Berawal dari kegagalan TIMNAS menjadi KAMPIUN Piala AFF Suzuki Cup 2011, wacana "REVOLUSI PSSI" kembali dan semakin santer terdengar di tengah hingar-bingar kekecewaan rakyat yang seakan memuncak terhadap "Rezim Nurdin Dkk" yang kembali gagal mempersembahkan prestasi terbaik untuk masyarakat yang rindu akan kejayaan "Sang Garuda". Ya ! Kegagalan TIMNAS saat Piala AFF seakan jadi momen yang sangat tepat bagi mereka yang sejak KSN (Kongres Sepakbola Nasional) telah berniat menggulung Nurdin dan Antek-anteknya itu (KSN menghasilkan 7 butir Petisi Rekomendasi ), seakan mendapatkan kembali angin segar untuk kembali melakukan "KUDETA" terhadap "Rezim Nurdin" yang mereka tuding telah "GATOT" ( Gagal Total ) dalam mempersembahkan prestasi untuk RAKYAT .
Wacana "REVOLUSI PSSI" menggelinding semakin besar ditengah masyarakat yang sudah jenuh, untuk semakin menarik simpati dari rakyat mereka (Kelompok Anti-Nurdin dkk) menyajikan kompetisi tandingan yang mereka klaim sebagai "Liga Profesional" dan dapat menjadi solusi tebaik untuk mengatrol prestasi sepak bola Indonesia yang mereka beri nama LPI (Liga Primer Indonesia), mereka memang akhirnya berhasil menggiring opini dan simpati rakyat Indonesia dengan Intrik-intrik sandiwara ke"Pahlawan"an mereka . Kondisi yang demikian ini mereka manfaatkan untuk mulai terang-terangan menabuh "Genderang Perang" perebutan Tahta PSSI, dengan modal dukungan dan simpati dari rakyat yang terlihat mulai "Terlena" oleh Demam "REVOLUSI PSSI" yang terus digulirkan oleh para tokoh-tokoh yang terlibat dalam Sandiwara Heroik dengan judul "REVOLUSI PSSI" .
C. LPI - Liga Abal-abal ( Senjata dengan Harga Rp 1 Triliun Lebih ) .
Seperti apa yang saya tulis diatas, bahwa LPI yang diklaim sebagai Liga Profesional itu ternyata hanya bagian dari SKENARIO besar dalam "PERANG" perebutan kekuasaan. LPI memang bagian dari Sandiwara Heroik ini, karena LPI hanya digunakan untuk memunculkan satu "SOSOK" yang nantinya seakan menjadi "DEWA" penyelamat Sepak Bola Indonesia. Dewa "Karbitan" itu adalah Arifin Panigoro seorang pengusaha sukses dengan perusahaan besarnya MEDCO (Perusahaan Yordania), untuk memperlancar kemunculan sosok AP (arifin panigoro) ini MEDCO ( Perusahaan AP) menggelontorkan dana sebesar Rp.1 Triliun untuk mensponsori liga LPI yang sebagian besar dananya di"Pinjam"kan kepada klub yang ikut bergabung dengan LPI (Masing-masing klub mendapat kucuran dana sebesar Rp 20 Milyar). Usaha ini memang berhasil, paling tidak beberapa klub sudah mulai tergoda dengan dana yang menggiurkan itu kita sebut saja (PSM Makassar, PERSIBO Bojonegoro, Persema Malang, Persebaya '27 Surabaya) memilih merapat ke LPI .
D. REVOLUSI PSSI ato Pertarungan POLITIK .
Sebelum mengulas lebih jauh tentang hal ini, saya sedikit mengutip pendapat Andrinof Chaniago pengamat politik dari Universitas Indonesia dalam wawancaranya bersama Okezone.com
“PSSI sebagai tempat pertarungan politik. Terkait dengan terpilihnya Djohar Arifin bisa jadi kemendangan politik Demokarat,” kata Andrianof saat dihubung Okezone ( 9/7/11 )
Menurut Rochy Putiray pengaturan skor tak hanya terjadi di kompetisi, tapi juga sudah sampai ke level timnas. Modus operandi pengaturan skor tak lain dan tak bukan hanya untuk kepentingan judi di level elite.
PSSI Harimau vs Garuda, Piala Kemerdekaan
Saat Rochy membela timnas harimau di Piala Kemerdekaan di Surabaya sinyal pengaturan skor begitu kuat terasa. Ketika itu PSSI Harimau sukses mengalahkan timnas Garuda di semifinal. Timnas Harimau dimanajeri H. Santo. PSSI Garuda yang disiapkan tampil di SEA Games pun batal berangkat karena kalah. Posisinya digantikan PSSI Harimau.
SEA Games 1997 di Jakarta
Indikasi judi dan pengaturan skor juga terjadi di SEA Games 1997 di Jakarta. Ketika itu timnas yg sudah lolos ke semifinal melakoni laga terakhir grup melawan Filipina dan memainkan pemain lapis kedua. Jadi walaupun pada pertandingan terakhir itu timnas Indonesia kalah, tetap akan maju ke semifinal. Hasil pertandingan ini, timnas Indonesia pun tetap menang 3-0. Tapi meski pemain lapis kedua ini menang, para pemain timnas dimaki-maki pengurus di ruang ganti, dan disalahkan dengan alasan karena tidak bisa menang 5-0.
Piala Tiger 1998
Pada pertandingan terakhir babak penyisihan Tiger Cup (sekarang namanya udah jadi AFF Cup) group A tahun 1998. Waktu itu Indonesia bertemu Thailand pada pertandingan terakhir grup, dengan kondisi Indonesia memuncaki group dan Thailand berada di peringkat dua grup. Kedua tim sudah pasti lolos ke babak semifinal.
Kondisi saat itu adalah kedua tim sama-sama tidak ingin bertemu Vietnam yang pada waktu itu menjadi tuan rumah. Vietnam sendiri pada waktu itu menempati posisi kedua group B, sehingga antara Indonesia dan Thailang, yang memenangi pertandingan ini akan bertemu Vietnam di semifinal. Sedangkan yang kalah akan menjadi runner up, dan akan bertemu Singapura. Demi menghindari Vietnam di semifinal, tapi pada akhirnya Mursyid Effendi dengan sengaja mencetak gol bunuh diri, dan Indonesia kalah 3-2.
Gol bunuh diri Mursyid Effendi juga atas perintah manajemen timnas. Karena kasus gol bunuh diri dengan sengaja ini akhirnya mencoreng nama timnas Indonesia, akhirnya pihak PSSI memberi hukuman kepada Mursyid Effendi, yaitu larangan seumur hidup tidak boleh berkiprah di sepakbola. Sampai saat ini pihak yang memberi instruksi untuk gol bunuh diri tersebut tetap tidak dikenai sanksi.
Piala Asia 2000
Di Piala Asia 2000 indikasi pengaturan skor jg terasa! Para pemain diminta tampil fight dan kalaupun kalah minimal 0-3 vs Korsel. Menurut Rochy Putirai, sayangnya indikasi pengaturan skor sulit diinvestigasi lantaran sulitnya mengumpulkan bukti-bukti. Pengaturan skor, suap, judi, dan bermain dgn wasit jd salah satu penyebab keringnya prestasi timnas. Kalau sepakbola masih dikelola seperti saat ini amat sulit untuk bisa berprestasi 10-15 tahun kedepan.
( Sumber : Pengakuan Rochy Putiray (Mantan Pemain TIMNAS) @ "Revolusi PSSI.com" )
"BOROK" ini adalah sedikit dari sekian banyak hal yang berhasil diungkap, sebagai salah satu upaya untuk menyingkap "TABIR HITAM" yang ada di dunia per-sepak bola-an yang ada di tanah air . "BOROK" yang disimpan oleh pengurus PSSI selama ini, meski "BOROK" ini diungkap dalam upaya "Gerakan KUDETA untuk Nurdin Halid dan Kroni-Kroninya" tapi kali ini saya BONGKAR sebagai upaya memberi sedikit "Sinar" bagi mereka yang sedang rindu kejayaan " Sang Garuda" .
B. Tentang "REVOLUSI PSSI" itu "KOSONG" .
Berawal dari kegagalan TIMNAS menjadi KAMPIUN Piala AFF Suzuki Cup 2011, wacana "REVOLUSI PSSI" kembali dan semakin santer terdengar di tengah hingar-bingar kekecewaan rakyat yang seakan memuncak terhadap "Rezim Nurdin Dkk" yang kembali gagal mempersembahkan prestasi terbaik untuk masyarakat yang rindu akan kejayaan "Sang Garuda". Ya ! Kegagalan TIMNAS saat Piala AFF seakan jadi momen yang sangat tepat bagi mereka yang sejak KSN (Kongres Sepakbola Nasional) telah berniat menggulung Nurdin dan Antek-anteknya itu (KSN menghasilkan 7 butir Petisi Rekomendasi ), seakan mendapatkan kembali angin segar untuk kembali melakukan "KUDETA" terhadap "Rezim Nurdin" yang mereka tuding telah "GATOT" ( Gagal Total ) dalam mempersembahkan prestasi untuk RAKYAT .
Wacana "REVOLUSI PSSI" menggelinding semakin besar ditengah masyarakat yang sudah jenuh, untuk semakin menarik simpati dari rakyat mereka (Kelompok Anti-Nurdin dkk) menyajikan kompetisi tandingan yang mereka klaim sebagai "Liga Profesional" dan dapat menjadi solusi tebaik untuk mengatrol prestasi sepak bola Indonesia yang mereka beri nama LPI (Liga Primer Indonesia), mereka memang akhirnya berhasil menggiring opini dan simpati rakyat Indonesia dengan Intrik-intrik sandiwara ke"Pahlawan"an mereka . Kondisi yang demikian ini mereka manfaatkan untuk mulai terang-terangan menabuh "Genderang Perang" perebutan Tahta PSSI, dengan modal dukungan dan simpati dari rakyat yang terlihat mulai "Terlena" oleh Demam "REVOLUSI PSSI" yang terus digulirkan oleh para tokoh-tokoh yang terlibat dalam Sandiwara Heroik dengan judul "REVOLUSI PSSI" .
C. LPI - Liga Abal-abal ( Senjata dengan Harga Rp 1 Triliun Lebih ) .
Seperti apa yang saya tulis diatas, bahwa LPI yang diklaim sebagai Liga Profesional itu ternyata hanya bagian dari SKENARIO besar dalam "PERANG" perebutan kekuasaan. LPI memang bagian dari Sandiwara Heroik ini, karena LPI hanya digunakan untuk memunculkan satu "SOSOK" yang nantinya seakan menjadi "DEWA" penyelamat Sepak Bola Indonesia. Dewa "Karbitan" itu adalah Arifin Panigoro seorang pengusaha sukses dengan perusahaan besarnya MEDCO (Perusahaan Yordania), untuk memperlancar kemunculan sosok AP (arifin panigoro) ini MEDCO ( Perusahaan AP) menggelontorkan dana sebesar Rp.1 Triliun untuk mensponsori liga LPI yang sebagian besar dananya di"Pinjam"kan kepada klub yang ikut bergabung dengan LPI (Masing-masing klub mendapat kucuran dana sebesar Rp 20 Milyar). Usaha ini memang berhasil, paling tidak beberapa klub sudah mulai tergoda dengan dana yang menggiurkan itu kita sebut saja (PSM Makassar, PERSIBO Bojonegoro, Persema Malang, Persebaya '27 Surabaya) memilih merapat ke LPI .
D. REVOLUSI PSSI ato Pertarungan POLITIK .
Sebelum mengulas lebih jauh tentang hal ini, saya sedikit mengutip pendapat Andrinof Chaniago pengamat politik dari Universitas Indonesia dalam wawancaranya bersama Okezone.com
“PSSI sebagai tempat pertarungan politik. Terkait dengan terpilihnya Djohar Arifin bisa jadi kemendangan politik Demokarat,” kata Andrianof saat dihubung Okezone ( 9/7/11 )
Dari pendapat Andrianof diatas, saya akan mencoba mengantarkan anda pada sebuah permainan Logika yang digabungkan oleh kenyataan umum. Anda tahu siapa Nurdin Halid ? Ya, selain Ketua Umum PSSI dia juga dikenal sebagai salah satu kader setia Partai Berlambang Beringin (GOLKAR), sebagai seorang kader setia dia harus mendukung setiap program partainya termasuk dalam masalah mencari dukungan dari masyarakat. Politisasi ditubuh PSSI semakin tercium saat TIMNAS yang berlaga di Piala AFF berkunjung ke kediaman keluarga Bakrie di kawasan Menteng, Jakarta . Saat itu Nurdin memberikan sambutannya sebagai Ketua Umum PSSI namun mengindikasikan POLITISASI PSSI , dalam sambutannya Nurdin berkata .
Momen pergolakan yang sedang terjadi saat itu ( Pertarungan antara Pro dan Anti Nurdin ), membuka peluang bagi partai lain untuk ikut serta dan membenamkan pengaruh partai Golkar di lingkup PSSI. Nyata sudah siapa partai yang akan menunggangi momen ini, ya partai Demokrat ternyata ambil bagian dalam sandiwara besar ini. Hal ini paling tidak mulai terbukti saat Andi Malarangeng (Menpora sekaligus Salah satu orang penting dijajaran partai belambang Mercy itu mulai ikut terlibat, setelah dia sebagai Menpora mensahkan berjalannya LPI dengan melegalkan laga perdana LPI didetik-detik akhir. Pertarungan jadi semakin "PANAS" saat Menpora secara terang-terangan mengancam Nurdin Halid dan antek-antek.nya dengan melakukan Intervensi terhadap kasus kisruh PSSI, Andi Malarangeng menyatakan bahwa pemerintah memiliki wewenang untuk mencabut mandat dan melengserkan Nurdin Halid. Disisi lain Nurdin yang merasa gerah dengan ulah Menpora mengancam akan membawa masalah ini ke FIFA sebagai Otoritas tertinggi sepak bola tanah. Singkatnya pertarungan sengit kedua partai di Area Sepak Bola ini dimenangkan oleh Partai Demokrat ditandai dengan jatuhnya Nurdin Halid dan Kroninya .
Era GOLKAR di PSSI sudah habis, digantikan Era baru yaitu Era Demokrat dengan tokoh-tokoh super hero dalam sandiwara besar "REVOLUSI PSSI". Hal ini menandakan bahwa saat ini PSSI kita telah dipenuhi oleh "Kubangan Kotor" kepentingan-kepentingan POLITIK di dalamnya . Jadi silahkan disimpulkan , REVOLUSI PSSI ato Pertarungan POLITIK ? .
E. Pertarungan Dua Pebisnis Dibalik "Revolusi PSSI" .
Melihat sandiwara heroik "Revolusi PSSI" maka kita akan mendengar dua nama yang tak asing di dunia bisnis tanah air , mereka adalah Arifin Panigoro (MEDCO) dan Abu Rizal Bakrie (Bakrie Group). Sepak bola Indonesia adalah magnet uang bagi mereka, melihat monopoli (Bisnis Bola) yang dilakukan oleh Bakrie (Bakrie Group) Arifin Panigoro tak tinggal diam, dia berniat meramaikan persaingan dalam meraup untung di Sepak Bola. Untuk melancarkan aksinya itu AP membawa gerbong MEDCO (Perusahaan milik pangeran Yordania) yang siap menggelontorkan dana dalam jumlah besar untuk menghapus dominasi Bakrie Group, hal yang paling nyata adalah saat bakrie memberikan Bonus Hadiah berupa sepetak tanah kepada TIMNAS ( PSSI) untuk digunakan, sedang untuk menandinginya MEDCO menghabiskan dana lebih dari Rp.1Triliun untuk membuat Liga tandingan (Sebagai salah satu upaya mendukung penggulingan Nurdin yang dianggap sebagai RELASI Bakrie Group) .
Sebagaimana diketahui, Sepak Bola nasional saat ini sedang berada di radar "UANG" Bakrie Group sebagai Contoh : Terjalinnya kerjasama antara PSSI dan ANTV tentang Hak Siar Tunggal dan dalam jangka waktu lama, jatuh-nya "REZIM Nurdin" merupakan kemenangan bagi MEDCO karena dengan begitu mereka bisa membuka peluang untuk menghapus dominasi keluarga bakrie .
KEDUANYA PUNYA SATU TUJUAN :
" Menjadikan Sepak Bola sebagai LADANG UANG "
Finishing : " Revolusi Sepak Bola bukan Revolusi PSSI ".
Hal diatas perlu ditekankan agar kita bisa membedakan, mana yang tujuan akhirnya benar-benar kemajuan sepak bola Indonesia dan mana yang tujuannya hanya ingin mendapatkan keuntungan dari "Gejolak Rakyat" terhadap perkembangan sepak bola tanah air . Lihatlah mereka yang dulu berperan sebagai "SuperHero" dangan jargon-jargon palsu-nya " Save Our PSSI", "Revolusi PSSI" dll, kini mereka sedang menikmati happy ending dari sandiwara panjang, mahal dan melelahkan itu dan seperti biasa saatnya mereka untuk bagi-bagi jatah kursi kekuasaan hasil "Membodohi" rakyatnya sendiri .
Yang harus ditekankan saat ini adalah REVOLUSI Sepak Bola, sebuah perubahan sistem besar-besaran segala elemen di dunia sepak bola. Dari segi penyediaan lapangan bola sebagai sarana berlatih yang cukup mumpuni agar potensi-potensi muda kita dapat tergali, bagaimana kita bisa bicara prestasi tingkat dunia ? jika pemerintah lebih suka membangun MALL daripada menyediakan lapangan bola . Dari segi pelatihan yang harus dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat, ada sebuah realita yang berkembang saat ini bahwa stiap orang tua yang meninginginkan anaknya jadi pemain bola yang berbakat harus mengikuti Sekolah Sepak Bola (SSB) yang biaya-nya tak dapat dijangkau oleh beberapa lapisan masyarakat, dari info yang diperoleh saat ini biaya masuk SSB berkisar ratusan ribu hingga jutaan rupiah, disaat kondisi seperti inilah peran pemerintah lebih dibutuhkan agar bisa menampung segala POTENSI Anak Bangsa. Banyak lagi sistem yang harus diperbaiki bersama-sama .
Ingat Revolusi Sepak Bola ! Bukan Revolusi PSSI ! Karena Revolusi PSSI berarti Revolusi Kekuasaan ..
(Menolak Dibodohi ! Menolak KORUPSI dan POLTISASI di Sepak Bola)
Kekuasaan tidak akan Mengantar kita pada GELAR apapun !!
---------------------------------------------------------------------------------
Sumber :
# Kompas.com :
Dana APBD di Sepak Bola Berpotensi Korupsi
# Okezone.com
Djohar Ketum PSSI, Kemenangan Politik Bagi Demokrat
#Vivanews.com (Forum) :
Partai Politik "PSSI"
# Revolusipssi.com
Pengakuan Rochy Putiray .
#Detik.com (Forum) :
Golkar-Demokrat Berebut PSSI# dll .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar