Selasa, 27 September 2011

KORUPSI yang MEMISKINKAN

Sudah lama sejak kata-kata terhenti karena "otak" ini tak lagi bisa fokus untuk kembali "KERJA RODI". Malam ini aku habiskan waktu untuk sekedar membaca buku yang terbeli dengan menyisihkan uang bulanan, buku ini berjudul "KORUPSI yang MEMISKINKAN" sebuah buku yang berisi kumpulan artikel-artikel yang ditulis para pakar dalam sebuah surat kabar nasional.


 

Seperti judulnya buku ini membongkar habis "KORUPSI", sebuah kata yang sudah lama menjadi momok bagi kesejahteraan rakyat. Meski tulisan saya malam ini terinspirasi dari buku tersebut, saya menolak untuk mengikuti arus pembahasan didalamnya. Saya hanya ingin mengajak anda untuk ber"main-main" dengan logika tanpa harus membongkar lebih dalam isi "otak" anda.


 

  1. SEKILAS KORUPSI : STOP BICARA MORAL !!

Dalam paradigma "usang", kita selalu mengaitkan masalah korupsi dengan degradasi moral. Ok , kita pakai sementara paradigma usang itu , tapi tengok sejenak fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. Ketika realita berbicara lain, korupsi dewasa ini tak hanya bicara tentang sosok orang yang bermoral bejat dan jauh dari ketaatan terhadap ajaran tuhan, bukankah belakangan kasus-kasus korupsi juga melanda sosok yang dinilai bermoral dan memiliki ketaatan yang tak lagi diragukan. Lalu apakah kita masih "kukuh" pada paradigma lama ?

Masalah MORALITAS tak bisa lagi bisa dijadikan topik sentral ketika kita membicarakan KORUPSI, agama tak bisa menjamin seseorang bisa terbebas dari WATAK KORUP. Semua bisa terjadi jika seseorang dihadapkan pada KEKUASAAN dan KEBUTUHAN pribadinya, hal tersebut bisa menjadi faktor pendorong dalam dirinya sendiri .

  1. RAKYAT MISKIN atau DIMISKINKAN ?!


     

Kemiskinan dinegara ini seakan menjadi sebuah realita yang bagi pemerintah hanya berhenti pada angka-angka (kuantitas), bukan sebuah masalah hak-hak hidup sejahtera (kualitas). Pemerintah bukan diam menghadapi hal ini, berbagai program-program terus diupayakan tapi hanya untuk menekan angka kemiskinan bukan mengentas rakyat dari hidup miskin. Tanpa mengurangi apresiasi kinerja pemerintah dalam kasus kemiskinan ini, saya akan mengajak kawan-kawan untuk sejenak mengintip realita tentang realisasi program yang ada. Kebijakan yang berhubungan dengan kemiskinan yang ada saat ini belum sepenuhnya menyentuh langsung masyarakat miskin, fenomena tersebut menjadi indikasi bahwa selama ini kebijakan tersebut rawan di"belok"an oleh para penguasa .

Ada sebuah pandangan yang mengatakan bahwa kemiskinan di Indonesia juga diakibatkan oleh budaya etos kerja rakyat Indonesia itu sendiri, tapi didalam "otak" ini pandangan tersebut hanya mejadi bahan lelucon. Coba kita renungkan lagi masalah ini, bagaimana hal itu menjadi pandangan "konyol".

"Bagaimana bisa dikatakan orang Indonesia memiliki etos kerja buruk ? Jika tukang becak mengayuh becaknya seharian hingga puluhan kilometer dan saat para buruhnya mampu mengerahkan tenaganya lebih dari 8 Jam/hari meski dengan UPAH RENDAH ."

Jika sudah demikian, apakah rakyat miskin pekerja masih layak di"kambing hitam"kan atas kemiskinan yang dialami ?. Lalu timbul pertanyaan di "otak" ini, lalu sistem apakah yang membuat mereka sulit keluar dari "LINGKARAN SETAN KEMISKINAN"

Singkatnya KORUPSI memang tidak sepenuhnya menjadi faktor utama adanya kemiskinan, tapi indikasi bahwa kemiskinan merupakan "efek samping" dari KORUPSI juga tidak bisa dibantahkan. Maka kita bisa tarik kesimpulan bahwa secara sistematis KORUPSI bisa MEMISKINKAN rakyat, tentu dengan cara-cara "CANTIK" yang sudah tersistematis.


 

        " LALU , RAKYAT INDONESIA ini MISKIN atau DIMISKINKAN ?? ....."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar