FAM UNAIR: Sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia banyak melahirkan orang-orang yang mempunyai peran penting dalam perjuangan nasional mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Orang-orang tersebut sebagian besar adalah orang-orang yang didik dengan cara pandang dan lembaga pendidikan kolonial, yang mana lembaga pendidikan itu tumbuh dan berkembang semenjak Belanda menerapkan politik etis. Walaupun di didik dengan cara berfikir dan di lembaga pendidikan kolonial, ternyata masih ada sebagian peserta didik tersebut malah mempunyai gagasan yang bertentangan dan menolak keras keberadaan kolonial Belanda. Mereka berani melawan arus dengan menjadi pelopor perjuangan kemerdekaan. Salah satu tokoh pergerakan nasional tersebut adalah W. R. Supratman, yang tak lain merupakan penggubah lagu nasional kita, Indonesia Raya. Beliau merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional, seorang intelektual sekaligus seniman yang ikut berjasa dalam perjuangan mewujudkan kemerdekaan indonesia. Dari lantunan nada dan bait lagu Indonesia Raya yang dia ciptakan itu, telah berhasil membangkitkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam melawan Kolonialisme.
Aksi ziarah ke makam W.R Supratman ini sengaja kami lakukan, karena kami memandang hari ini kita semua mengalami krisis kepemimpinan dan sedang berada dalam kekuasaan neoliberalisme (penjajahan gaya baru). Di saat kuasa Neoliberalisme telah menghancurkan kedaulatan bangsa dan membuat Rakyat Indonesia menjadi budak di negerinya sendiri, para intelektual negeri ini ternyata malah hanya bungkam saja. Hal itu tentunya berbeda jauh dengan apa yang di lakukan oleh W.R Supratman dulu, walaupun beliau di didik dalam lembaga pendidikan kolonial Belanda, tetapi beliau mempunyai jiwa yang berani untuk tidak tunduk dan takut pada para penjajah.
Kondisi kebungkaman kaum intelektula itu kami rasakan sendiri di kampus tempat kita berkuliah, Universitas Airlangga. Saat ini para pejabat unair memilih diam terhadap segala intervensi pemodal asing melalui IMF, World Bank dan ADB (Asian development Bank) yang ingin mengusai dunia pendidikan nasional, tak terkecuali di Universitas Airlangga. Kenaikan biaya SP3 yang terjadi di unair saat ini adalah bukti nyata bagaimana pejabat Unair menjadi intelektual yang jauh dari kepentingan rakyat dan lupa terhadap perjuangan para pendahulunya. Mereka boleh saja mengaku kaum intelektual yang memegang prinsip excellent with morrality, tetapi sebenarnya mereka tak lebih intelektual yang berwatak Inlander (terjajah) dan rela menjadi anteknya kaum pemodal asing. Sehingga tidak lah mengherankan kalau para pejabat unair sendiri, tidak malu saat menyebarkan kebohongan publik bahwa Unair akan menggratiskan biaya pendidikan bagi rakyat miskin, padahal sebenarnya semua itu hanya palsu belaka.
Sungguh kami sangat miris, ketika saat ini melihat para dosen dan pejabat Unair yang mempunyai gelar sebrek tersebut, ternyata telah melupakan sejarah perjuangan para tokoh pergerakan nasional pada masa dulu. Mereka telah lupa pula terhadap sejarah kampus Unair sendiri, yang pada awalnya merupakan hasil jerih payah para pejuang kemerdekaan menasionalisasi dua lembaga pendidikan kolonial Belanda, NIAS dan STOVIT, yang kemudian oleh presiden Soekarno pada tahun 1954 di rubah menjadi Universitas Airlangga.
Maka dari itulah, kami dari FAM UNAIR mengadakan aksi ziarah ke makam Dr. Wage Rudolf Supratman sebagai simbol mengingatakan kembali para pejabat Unair agar tidak lupa terhadap sejarah perjuangan para pejuang kemerdekaan dulu. Dalam aksi ziarah yang juga sekaligus satu bagian acara menjelang peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 2011 ini, kami FAM Unair menyatakan sikap :
1. Menolak kenaikan biaya SP3 Unair karena kebijakan itu sarat dengan intervensi para pemodal asing yang ingin menguasai dan memprivatisasi lembaga pendidikan di Indonesia, tak terkecuali Universitas Airlangga.
2. Menuntut para pejabat Unair untuk segera membatalkan kebijakan kenaikan Biaya SP3 tersebut karena sangat memberatkan rakyat kecil dan mengkhianati perjuangan para pejuang kemerdekaan dulu.
3. Menyerukan kepada bapak ibu dosen dan pejabat Unair untuk tidak lupa pada sejarah perjuangan W. R. Supratman dan meneladani sikap beliau yang anti terhadap penjajahan.
Surabaya, 19 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar