Selasa, 07 Juni 2011

Terhimpit Kemiskinan dan Biaya Sekolah, Ribuan Siswa Tuban Tak Bisa Melanjutkan Sekolah

Tuban, zonaberita.com - Ribuan anak di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, `terpaksa` putus sekolah karena harus bekerja membantu orantua. Rata-rata mereka setingkat SD dan SMP.
Kasi Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3), Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Catatan Sipil Pemerintah Kabupaten Tuban, Widodo, membenarkan hal tersebut. “Anak-anak yang putus sekolah dan harus bekerja membantu orangtua karena kondisi ekonomi, sehingga mereka tak bisa melanjutkan pendidikan ke bangku SD maupun SMP,” terangnya pada zonaberita.com, Kamis (26/5/2011).

Dijelaskannya, pekerjaan yang mereka geluti berbagai macam. Seperti menjadi tukang becak, kuli bangunan, mengambil batu kumbung, menjadi nelayan maupun petani. “Hampir di seluruh kecamatan ada dan jumlahnya tidaklah sedikit,” pungkas Widodo.

Sementara itu, ketika ditanya solusi untuk mengurangi banyaknya anak-anak putus sekolah, Widodo menjawab, bahwa dalam dua tahun ini, pihaknya hanya bisa membuat Program Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka  mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PHK) yang merupakan program nasional. Tetapi, dalam program tersebut hanya bisa diikuti 60 anak saja setiap tahunnya.

“Dalam kurun waktu itu baru ada 120 anak yang ikut program tersebut. Masih banyak lagi anak di Tuban yang harus mengikuti program itu,” terangnya.

Diungkapkannya, PPA-PHK itu telah dilaksanakan sejak 2 Mei 2011. Satu bulan pertama, 60 anak akan ditampung di shalter untuk diberi motivasi dan bimbingan. “Kemudian, setelah tiga bulan mengikuti program, mereka bisa melanjutkan untuk sekolah. Tahun sebelumnya, yang ikut dalam program tersebut telah sekolah semua. Semoga, tahun ini bisa seperti sebelumnya,” tuturnya.

Sementara itu, Didik Sunanto (15), salah satu peserta PPA-PKH asal Kelurahan Perbon, Kecamatan Kota, Tuban, mengaku senang saat ia mengikuti program itu.

Bocah lulusan SMP itu terpaksa putus sekolah lantaran tidak memiliki biaya untuk melanjukan ke jenjang sekolah lebih tinggi, karena telah ditinggal ibunya ke Kalimantan.

”Saya bekerja menjadi tukang becak di wilayah Sunan Bonang. Pengahasilanya  hanya cukup untuk makan. Tapi, kalau untuk sekolah masih tidak,” ungkap Didik, sembari menambahkan setelah mengikuti progam ini, dia bisa melanjutkan sekolah lagi dari bantuan Dinas Pendidikan. (pam/isp)